Hidup siapa yang tak ingin bahagia, lalu kenapa harus ada penyesalan dalam tulisan ini?
Saya selalu percaya bahwa setiap diri ini sudah mempunyai takdirnya masing-masing yang tertulis dalam Lauhul Mahfudz, dan takdir itu sudah versi terbaik dari Allah untuk kita. Sekalipun itu penderitaan yang menurut kita seperti tak berujung. Seperti firman Allah yang bunyinya kalau saya ga salah intinya bisa jadi kita menyukai sesuatu padahal sesuatu itu tidak baik untuk kita dan sebaliknya dimana kita membenci suatu hal justru itu yang terbaik untuk kita.
Saya percaya Allah itu sayang kepada umatnya, hanya saja bentuknya tergantung persepsi kita. Di mata orang lain mungkin sesuatu itu adalah sebuah penderitaan tapi bagi kita yang menjalani merasa ridho dengan yang terjadi tentu kita tidak tahu.
Menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil adalah kebahagian bagi orang Indonesia kebanyakan, apalagi bagi keluarga menengah kebawah. Keluarga saya memang bukan keluarga berada, bukan pula berada di bawah garis kemiskinan, hanya pas di garis saja. Eh! becanda ding...
Menulis cerita ini sebenarnya membuat saya harus flashback sembari berlinang air mata mengingat kepergian Bapak saya. Sampai sini pasti sudah bisa ditebak kenapa judulnya kebahagiaan sekaligus penyesalan. Betul, Bapak saya meninggal ketika anaknya sudah menjadi PNS seperti yang selalu Bapak saya harapkan sejak dulu. Kalau menurut versi orang Jawa itu wes dadi wong. Padahal ukuran orang sukses itu tidak harus PNS, tapi ya apa salahnya mengikuti orang tua yang penting tidak melakukan hal-hal melenceng dari ajaran agama. Toh, itung-itung berbakti kepada orang tua kan.
Pengumuman penerimaan PNS tanggal 30 November 2020, ketika itu keadaan Bapak sudah drop, entah serangan yang ke berapa saya tidak menghitung karena sudah terlalu sering Bapak keluar masuk RS sejak serangan pertama tahun 2011. Ketika itu saya juga sedang hamil 6 bulan. Ya, banyak yang bilang ini adalah rejeki si jabang bayi. Saya hanya bisa bilang Alhamdulillah, apapun itu persepsi orang. Ini rejeki, hamil pun rejeki buat saya. Kebahagiaan unlimited pokoknya, kalau diinget-inget suka bertanya-tanya, amalan apa yang Bapak lakuin sampai anaknya bisa keterima PNS. Jujur Bapak sayabukan orang yang kuat wiridnya dalam hal agama, tapi saya percaya ada amalan Beliau yang hanya Allah yang tahu dan membuat Allah percaya memberikan hadiah saya diterima PNS.
Jujur saya hampir lupa tujuan saya menjadi honor di SD, karena saya pikir ya udah emang niatnya nurutin keinginan Bapak pengin anaknya jadi pegawai, walaupun cuma honor ya intinya kerja di pemerintahan. Saya menjadi honor di SD sejak tahun 2011 dan hampir 10 tahun pula saya mengabdi sampai akhir tahun 2020. Dan sekarang takdir membawaku menjadi benar-benar PNS.
Setelah saya selesai pemberkasan ini itu jadilah saya PNS di perantauan, tepatnya di Kabupaten Bogor bagian timur. Selesai pindahan ini itu, berbarengan dengan saya yang sudah hamil tua, sekitar bulan Februari saya mengajukan cuti hamil. Tepatnya 10 Maret 2021 saya melahirkan seorang putra, namun selang sebulan Bapak saya berpulang dan karena adat ini itu saya yang masih masa nifas tidak bisa menghadiri pemakaman orang tua saya sendiri. Hatiku hancur sehancur-hancurnya, ingin teriak. Bapak yang selalu setia antar jemputnya anak perawannya ketika sekolah, bahkan ketika sudah kerja pulang malam pun. Bapak yang selalu ingin tahu saya di tempat kerja gimana. Benar Bapak itu cinta pertama anak perempuannya. Inilah penyesalan saya, mungkin akan menjadi penyesalan seumur hidup saya karena tidak bisa mengantar kepulangan Bapak.
Tapi ada satu sedikit kebahagiaan bagi saya adalah ketika saya ingat tiap kali saya bilang akan mendaftar CPNS Bapak selalu menanyakan apa ga bisa kalau di daerah sendiri aja biar gak jauh dari keluarga, tapi ya nyatanya sekarang saya diterima CPNS tapi harus jauh dari keluarga dan Bapak ga perlu khawatir karena Bapak bisa melihat saya darimana pun Bapak berada sekarang. Anakmu sekarang bahagia pak, terima kasih karena selalu mendoakan anakmu ini untuk menjadi pegawai dan maaf karena tidak bisa mengantar ke tempat peristirahatan terakhir. Alfatihah
No comments:
Post a Comment