“…apabila
cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan,
apabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang
tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…
“Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang”
Bukankah puisi diatas terlalu berlebihan?? atau cinta memang benar begitu. Lalu bagaimana seharusnya? Haruskah kita berkorban perasaan, waktu , tenaga dan pikiran kepada orang yang kita cintai dan mengabaikan kepentingan diri kita? Apakah dengan menikah berarti kita telah mempunyai dan merasakan cinta?
Apakah kalau kita mencintai seseorang haruskah kita ungkapkan pada orang tersebut? Apakah salah apabila kita mencintai seseorang dan menginginkan dia seutuhnya?
Apakah salah apabila kita mencintai seseorang tetapi tidak bisa mengungkapkan kalau kita itu cinta hanya karena termakan filosofi ”Cinta itu tidak harus memiliki” sehingga membiarkan cinta itu bertepuk sebelah tangan dan melihat orang yang kita taksir dari kejauhan?
Lalu, cinta dan pernikahan?
Ada yang menikah karena orang tua dan tidak dilandaskan cinta tapi rumah tangga mereka baik-baik saja. Apakah bener cinta itu bisa tumbuh seiring dengan waktu atau karena memang dipaksakan ?
Ada yang menikah karena memang keduanya saling mencintai tetapi di tengah perjalanan, pernikahan mereka kandas? Apakah cinta itu bisa sedemikian cepat luntur dan bisa dilupakan begitu saja?
Ada yang menikah karena pasangan nya memiliki kelebihan dari yang lain misal kecantikan/ketampanan, kekayaan, pangkat tapi hidup mereka tetap baik2 saja dan ada juga berpisah karena kelebihan ini.
Ada yang menikah karena rasa kasihan, tetapi sebagian pernikahan mereka ada yang berhasil sampai kakek nenek. Apakah cinta juga bisa tumbuh karena rasa kasihan ini?
Apakah kita harus mencintai seseorang lalu menikah atau menikah dulu baru perasaan cinta itu baru tumbuh?
Saya sering bingung kalau dapat pertanyaan ini :
“Cintailah orang yang kamu nikahi atau Nikahilah orang yang kamu cintai “
Harus pilih jawaban yang mana?
Haruskah saya jawab lagi dengan argument ini, “itu tergantung keadaan, kalau kita beruntung berarti kita akan menikahi orang yang kita cintai tetapi jika keadaan nya tidak bagus spt kita dijodohkan oleh orang tua , maka pilihlah cintailah orang yang kamu nikahi”, itu lebih baik bagi kita.
Tapi setelah memberikan jawaban itu, hati ku berontak, bukankah aku pernah dinasehati oleh seseorang “Menikahlah dengan orang yang bisa membuatmu tertawa tersenyum karena dia yang akan menemani hari-harimu, hidup, makan, minum dan tidur denganya. Dia yang akan menentukan jalan hidupmu, apakah akan berjalan dengan biasa-biasa saja, bahagia atau malah menderita”
Berarti kalau begitu, opsi yang lebih baik adalah nikahilah orang yang kamu cintai. Biar happy after............
Sungguh cinta itu membingungkan dan saya sering tidak konsisten terhadap yang satu ini atau memang kita harus pasrah dan menerima jodoh yang telah ditetapkan baik suka maupun tidak. Tapi bukannya ada istilah soul mate? Berarti pasti ada istilah klop/cocok. Haruskah kita mencari dan mempertahankan soul mate kita itu walaupun banyak hambatan dan rintangan kalau kita memutuskan untuk hidup bersama?
Kembali lagi, Hidup adalah sebuah pilihan, kita harus memilih dan menerima segala konsekuensi dari pilihan tersebut. Jadi pilih, pilih dan pilihlah. Dan berpikir dahulu sebelum menikah, jangan asal karena takut nafsunya merambah kemana-mana karena nafsu itu bisa di kendalikan dengan berbagai cara dan juga jangan menikah karena ingin jodoh sebagai tempat berlindung. Sebab menurut saya, tempat berlindung adalah Yang Maha Kuasa dan jadi lah perempuan/laki-laki yang pemberani, tidak takut apapun kecuali takut kepada-Nya.
Menikahlah dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Karena menikah adalah proses penyatuan dua jiwa dan dua keluarga menjadi satu. Jadi jangan terburu-buru karena segala sesuatu yang terburu-buru akan berakibat tidak baik.
Nyokap bilang "KALO JODOH GA AKAN KEMANA"
Saya yakin ada saatnya saya akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan ini. Dan semoga jawaban itu saya dapat di saat & tempat yang tepat.........
“Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang”
Bukankah puisi diatas terlalu berlebihan?? atau cinta memang benar begitu. Lalu bagaimana seharusnya? Haruskah kita berkorban perasaan, waktu , tenaga dan pikiran kepada orang yang kita cintai dan mengabaikan kepentingan diri kita? Apakah dengan menikah berarti kita telah mempunyai dan merasakan cinta?
Apakah kalau kita mencintai seseorang haruskah kita ungkapkan pada orang tersebut? Apakah salah apabila kita mencintai seseorang dan menginginkan dia seutuhnya?
Apakah salah apabila kita mencintai seseorang tetapi tidak bisa mengungkapkan kalau kita itu cinta hanya karena termakan filosofi ”Cinta itu tidak harus memiliki” sehingga membiarkan cinta itu bertepuk sebelah tangan dan melihat orang yang kita taksir dari kejauhan?
Lalu, cinta dan pernikahan?
Ada yang menikah karena orang tua dan tidak dilandaskan cinta tapi rumah tangga mereka baik-baik saja. Apakah bener cinta itu bisa tumbuh seiring dengan waktu atau karena memang dipaksakan ?
Ada yang menikah karena memang keduanya saling mencintai tetapi di tengah perjalanan, pernikahan mereka kandas? Apakah cinta itu bisa sedemikian cepat luntur dan bisa dilupakan begitu saja?
Ada yang menikah karena pasangan nya memiliki kelebihan dari yang lain misal kecantikan/ketampanan, kekayaan, pangkat tapi hidup mereka tetap baik2 saja dan ada juga berpisah karena kelebihan ini.
Ada yang menikah karena rasa kasihan, tetapi sebagian pernikahan mereka ada yang berhasil sampai kakek nenek. Apakah cinta juga bisa tumbuh karena rasa kasihan ini?
Apakah kita harus mencintai seseorang lalu menikah atau menikah dulu baru perasaan cinta itu baru tumbuh?
Saya sering bingung kalau dapat pertanyaan ini :
“Cintailah orang yang kamu nikahi atau Nikahilah orang yang kamu cintai “
Harus pilih jawaban yang mana?
Haruskah saya jawab lagi dengan argument ini, “itu tergantung keadaan, kalau kita beruntung berarti kita akan menikahi orang yang kita cintai tetapi jika keadaan nya tidak bagus spt kita dijodohkan oleh orang tua , maka pilihlah cintailah orang yang kamu nikahi”, itu lebih baik bagi kita.
Tapi setelah memberikan jawaban itu, hati ku berontak, bukankah aku pernah dinasehati oleh seseorang “Menikahlah dengan orang yang bisa membuatmu tertawa tersenyum karena dia yang akan menemani hari-harimu, hidup, makan, minum dan tidur denganya. Dia yang akan menentukan jalan hidupmu, apakah akan berjalan dengan biasa-biasa saja, bahagia atau malah menderita”
Berarti kalau begitu, opsi yang lebih baik adalah nikahilah orang yang kamu cintai. Biar happy after............
Sungguh cinta itu membingungkan dan saya sering tidak konsisten terhadap yang satu ini atau memang kita harus pasrah dan menerima jodoh yang telah ditetapkan baik suka maupun tidak. Tapi bukannya ada istilah soul mate? Berarti pasti ada istilah klop/cocok. Haruskah kita mencari dan mempertahankan soul mate kita itu walaupun banyak hambatan dan rintangan kalau kita memutuskan untuk hidup bersama?
Kembali lagi, Hidup adalah sebuah pilihan, kita harus memilih dan menerima segala konsekuensi dari pilihan tersebut. Jadi pilih, pilih dan pilihlah. Dan berpikir dahulu sebelum menikah, jangan asal karena takut nafsunya merambah kemana-mana karena nafsu itu bisa di kendalikan dengan berbagai cara dan juga jangan menikah karena ingin jodoh sebagai tempat berlindung. Sebab menurut saya, tempat berlindung adalah Yang Maha Kuasa dan jadi lah perempuan/laki-laki yang pemberani, tidak takut apapun kecuali takut kepada-Nya.
Menikahlah dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Karena menikah adalah proses penyatuan dua jiwa dan dua keluarga menjadi satu. Jadi jangan terburu-buru karena segala sesuatu yang terburu-buru akan berakibat tidak baik.
Nyokap bilang "KALO JODOH GA AKAN KEMANA"
Saya yakin ada saatnya saya akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan ini. Dan semoga jawaban itu saya dapat di saat & tempat yang tepat.........
No comments:
Post a Comment