Saya jadi merenung. Profesi Pustakawan bisa mendapatkan posisi yang terhormat jika
perolehannya tidak didapatkan dengan mudah, melalui perjuangan yang
berat pula. Bandingkan dengan profesi sejarahwan, arkeolog yang
didapatkan dengan berdarah darah, konon kabarnya untuk mendapat gelar
Pustakawan syaratnya cukup mudah. Boleh kuliah dimanapun, cukup dengan diklat penyetaraan perpustakaan 3 bulan. Selesai………
Lantas seperti apakah Pustakawan yang sejati?. Banyak pakar
pustakawan yang mengatakan harus bla bla…tapi semuanya merujuk ke idiom
Pustakawan yang sudah selesai dengan diri sendiri ? Pustakawan yang sudah lulus melewati tahapan kebutuhan Maslow, ke tahap eksistensi diri.
Pertanyaan ini tidak tiba-tiba muncul, tetapi setelah mendengarkan
cerita seorang teman lalu membaca beberapa artikel. Konon, orang-orang
besar di negeri ini, seperti Soekarno, Hatta, atau orang-orang yang mau
pergi ke pelosok untuk mengabdi tanpa dibayar adalah orang-orang yang
sudah selesai dengan dirinya sendiri. Orang yang sudah selesai dengan
dirinya sendiri biasanya sudah tidak lagi menjadikan hal-hal sepele
tentang dirinya adalah hal besar. Mereka sudah tidak akan lagi
memikirkan: aku bete, aku kesepian, malam ini makan apa ya? cucian numpuk! atau merengek-rengek minta perhatian orang lain.
Pustakawan yang sudah selesai dengan diri sendiri akan menganggap
bahwa kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaannya juga. Tetapi bukan
berarti dia mendahulukan kepentingan orang lain di atas dirinya. Toh
pada akhirnya jika bukan diri sendiri siapa lagi yang akan mengurus dan
membahagiakan diri kita kan? Dulu sekali, ada yang pernah berpesan,
“Cintailah orang yang mencintai dirinya. Jika dia belum bisa mencintai
dirinya sendiri, bagaimana bisa dia mencintai orang lain.”
Pustakawan yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, artinya sudah
membereskan permasalahan hidupnya lalu mulai mengabdikan dirinya untuk
orang lain. Dia mulai memikirkan kebahagiaan orang lain. Urusan rakyat
banyak. Bukankah sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat untuk orang
banyak?
Pertanyaan besarnya, apakah Kepustakawanan Indonesia berunsurkan
Pustakawan yang sudah selesai dengan dirinya sendiri? Sayangnya saya kok
tidak terlalu yakin….Pustakawan Indonesia adalah Pustakawan yang Belum
selesai dengan dirinya sendiri….
Itu lagi artikel yang baru baca yang makin bikin saya sendiri tambah galau.
No comments:
Post a Comment