Menangis adalah hal yang manusiawi pada diri manusia.
Menangis bukanlah menunjukkan kelemahan jiwa seseorang. Salah besar
jika ada anggapan bahwa orang yang rajin menangis adalah orang yang
jiwanya lemah. Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia perkasa yang ulet,
tahan uji, dan jauh dari sifat-sifat lemah. Terbukti beliau dapat
menaklukkan semua serangan atas diri beliau, baik yang datang dari
manusia, syaitan, bahkan yang datang dari hawa nafsu beliau sendiri.
Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Najmi: “ Dan,
tidaklah dia (Nabi Muhammad) itu berbicara dengan hawa nafsu, tetapi apa
yang dikatakannya adalah berdasarkan pada wahyu yang diwahyukan
kepadanya”Sosok lain adalah Umar “Al Farouq” bin Khattab radhiyallahu
‘anhu, khalifah Rasulullah yang kedua. Beliau terkenal sangat tegas
terhadap kedzaliman, dan mampu membuat kecut perut musuh-musuh Islam
berbentuk kekuatan super power sekalipun, seumpama Romawi dan Parsi.
Namun dibalik keperkasaan dan tubuh kekar yang beliau miliki, ternyata
beliau sangat mudah menangis sampai mengguguk-guguk bila berdiri sholat
menghadap Tuhannya, atau saat berdzikir menyebut dan mengingat asma
Tuhannya. Padahal Nabi dalam hadits Bukhari Muslim mengatakan bahwa
syaitan tidak akan berani berpapasan dengan Umar bin Khattab!
Sosok lain lagi adalah Muhammad Al Fattah, penakluk Konstantinopel.
Beliau adalah seorang Pemimpin Islam yang sangat ulet dan perkasa di
medan pertempuran, namun acapkali menangis tersedu-sedu saat mengadu
kepada Tuhannya di malam hari yang sepi di kemahnya yang sederhana, di
tengah-tengah kemah pasukannya yang terlelap kelelahan karena bertempur
seharian.
Tegasnya, sekali lagi, menangis bukanlah tanda kelemahan jiwa seorang
hamba yang menyebabkan seseorang dapat jatuh ke jurang kehinaan, namun
justru sikap terpuji yang mesti wujud pada diri setiap hamba Allah yang
senantiasa berdiri pada dua tonggak kehidupan yang sangat penting; khouf
(rasa takut) dan roja’ (rasa harap).
Di masa sekarang ini banyak yang mencela orang yang suka menangis.
Tidak jarang ketika seseorang melihat orang lain beribadah semisal;
sholat, membaca Al Qur’an, berdzikir sambil menangis, maka orang yang
melihat perbuatannya itu justru mengejek dan merendahkan perbuatan
menangis tersebut.
Ada pula sekelompok umat Islam sekarang ini, yang sangat rajin membid’ahkan kaum muslimin yang rajin menangis.
Benarkah menangis sebuah perbuatan yang bid’ah? Apakah ada dasarnya
di dalam Al Qur’an dan sunnah Rasul perintah menangis tersebut?
Ternyata ada banyak sekali ayat-ayat suci al-Qur’an yang mengajarkan
dan mengkisahkan kepada kita perihal menangis ini, antara lain :
1. Surat Al Isra: 109
“Dan mereka bersujud sambil menangis dan maka bertambahlah atas mereka perasaan khusyu’”
2. Surat An Najmi: 59-60
“Apakah karena keterangan ini kamu merasa heran, lalu tertawa dan tidak menangis?”
3. Surat Maryam: 58
“…apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.”
Kisah-Kisah Tangisan Dalam Hadits
Hadits 1
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu Rasulullah bersabda kepadaku:
“Bacakanlah kepadaku Al Qur’an. Aku menjawab, “Ya Rasulullah bagaimana
aku akan membacakan Al Qur’an kepadamu, padahal kepadamulah Al Qur’an
itu telah diturunkan. Rasul bersabda: “Aku suka mendengar Al Qur’an itu
dibaca oleh orang lain. Maka aku membaca surat An Nisa’ sampai kepada
ayat fakaifa idza ji’na min kulli ummatin bi syahidin waji’na bika ‘ala
haaulai syahidan (bagaimanakah bila Kami telah mendatangkan engkau
(Rasulullah) sebagai saksi atas semua mereka itu?) Rasulullah bersabda, “
Cukuplah bacaanmu itu Ibnu Mas’ud. Maka Ibnu Mas’ud berkata, “maka aku
menoleh pada Nabi, maka kulihat mata Nabi berlinang basah oleh air mata.
(HR. Bukhari Muslim)
Hadits 2
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, pada suatu hari Rasulullah
berkhutbah yang mana belum pernah aku mendengar khutbah Beliau yang
seperti itu. Maka Beliau bersabda dalam khutbahnya itu: “Andaikata kamu
mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu semua akan sedikit tertawa
dan banyak menangis”. Anas berkata, “saat itu para Sahabat Nabi
semuanya menutup wajah mereka sambil menangis tersedu-sedu. (HR. Bukhari
Muslim)
Hadits 3
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah telah
bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam neraka, seseorang yang pernah
menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali ke
putingnya, dan tidak akan dapat bersatu debu saat berjihad fisabillah
dengan asap neraka jahannam”. (HR. Tarmidzi)
Hadits ini mengungkapkan bahwa mustahil bagi seseorang yang pernah
menangis berurai air mata karena takut kepada Allah saat di dunia, bakal
dimasukkan ke dalam neraka oleh Allah Azza Wa Jalla di hari kiamat.
Hadits 4
Dari Abdullah bin As Syikhkhir dia berkata, aku datang kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat itu Beliau sedang melaksanakan shalat,
maka terdengarlah rintihan Nabi karena menangis seumpama air yang
sedang direbus dalam periuk. (HR. Abu Dawwud, Turmidzi)
Hadits 5
Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah telah bersabda,
“Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah melainkan dua tetes dan dua
bekas; Tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah
dalam mempertahankan agama Allah. Adapun dua bekas adalah bekas
perjuangan fi sabilillah dan bekas yang timbul karena memperjuangkan
hal-hal yang diwajibkan Allah. (HR. Turmidzi)
Hadits 6.
Rasul bersabda: “Menangislah kamu semua. Dan apabila kamu tidak dapat
menangis maka pura-pura menangislah kamu!” (HR. Ibnu Majah dan Hakim.
Dishohihkan oleh Hakim dan Dzahabi).
Dalam hadits ini, menangis jelas ada diperintahkan oleh Rasulullah
kepada umatnya. Dan jika hati kita masih keras sehingga sulit untuk
menangis, maka Nabi memerintahkan untuk berpura-pura menangis terlebih
dahulu. Pura-pura menangis bukanlah sesuatu yang buruk. Banyak orang
hari ini, karena ketidak tahuannya, mereka selalu menghina saat melihat
orang lain berusaha keras untuk menangis dengan menuduh mereka pura-pura
menangis.
Di mata mereka pura-pura menangis adalah perbuatan hina dan dosa.
Padahal berpura-pura menangis adalah ibadah di sisi Allah Azza Wa Jalla.
Kenapa pura-pura menangis disebut ibadah? Jawabnya tidak lain karena
pura-pura menangis adalah perintah Rasulullah. Sudah diketahui dalam
Islam bahwa menjalankan sebuah perintah Nabi adalah ibadah di sisi
Allah. Dan, menjalankan sebuah ibadah akan mendapatkan pahala dan
ganjaran kebaikan dari Allah Robbul Jalal. Maka apakah pantas orang yang
sedang beribadah , dalam hal ini pura-pura menangis, mendapatkan ejekan
dari mereka yang mengaku muslimin juga?
Hadits 7.
Dari Al Irbad bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah
telah menasehati kami dengan nasehat yang menyebabkan hati kami
bergetar dan airmata kami bercucuran.” ( HR. Abu Daud)
Kisah-Kisah Tentang Tangisan Sahabat Nabi
Saat Rasulullah sakit keras dan tidak dapat mengimami sholat dengan
para sahabat, saat itu Rasulullah memerintahkan Abu Bakar Siddiq
radhiyallahu ‘anhu menjadi imam atas para Sahabat. Siti Aisyah
radhiyallahu ‘anha menceritakan bahwa jika Abu Bakar berdiri sebagai
imam menggantikan Rasulullah maka beliau akan menangis keras sekali
sehingga bacaan qur’annya tertutup (tidak terdengar oleh para Sahabat)
karena suara tangisannya itu. (HR. Bukhari Muslim)
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah telah bersabda pada Ubay
bin Ka’ab, “Allah telah menyuruh aku membacakan surat Lam Yakunil
ladzina (Al Bayyinah) kepadamu. Ubay radhiyallahu ‘anhu bertanya,
“Apakah Allah menyebut namaku, ya Rasulullah?” Nabi menjawab “Iya.
Namamu dan nama bapakmu.” Maka menangislah Ubay bin Ka’ab radhiyallahu
‘anhu. (HR. Bukhari Muslim).
Suatu hari sesudah Nabi wafat, Abu Bakar dan Umar radhiyallahu
‘anhuma mendatangi Ummu Aiman. Beliau berdua berziarah kepada Ummu Aiman
karena mengikuti perilaku Nabi yang sering menziarahi wanita mulia ini.
Saat kedua Sahabat utama Nabi tersebut sampai di rumah Ummu Aiman,
serta merta Ummu Aiman menangis. Abu Bakar dan Umar bertanya kepada Ummu
Aiman, kenapa wanita mulia itu menangis, seraya keduanya berkata,
“Tidakkah engkau mengetahui bahwa apa yang tersedia untuk Rasulullah di
sisi Allah adalah jauh lebih baik?”. Saat itu Ummu Aiman menjawab, “Aku
bukan menangis karena itu, tetapi aku menangis karena wahyu dari langit
kini telah terputus dengan wafatnya Rasulullah.” Jawaban Ummu Aiman ini
serta merta menyebabkan Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma menangis
mengiringi tangisan Ummu Aiman. Kemudian mereka bertiga sama-sama
menangis. (HR. Muslim)
Beruntunglah orang yang dapat menangis karena takut kepada Allah atau
karena terharu dalam agama, terkadang menangis juga bisa terjadi karena
besarnya kasih sayang yang diletakkan Allah dalam dada seseorang. Nabi
Muhammad pernah menangis saat melihat putra tercinta, Ibrahim dalam
sakaratul maut. Beliau berkata: “Air mata ini adalah kasih sayang yang
diletakkan Allah dalam hati setiap hamba-Nya.”
Namun demikian, rugi rasanya jika air mata tertumpah untuk hal-hal
yang sepele, dan tidak bernilai disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hari
ini banyak air mata tertumpah untuk hal yang sia-sia, sementara untuk
agama matanya beku tak pernah menangis.
Rasul berpesan: “Mata yang beku yang tidak mampu menangis adalah
karena hati orang itu keras, dan hati yang keras adalah karena
menumpuknya dosa yang telah diperbuat. Banyaknya dosa yang dibuat
seseorang adalah karena orang tersebut lupa mati, sedangkan lupa mati
datang akibat panjangnya angan-angan. Panjang angan-angan muncul karena
terlalu cinta pada dunia, sedangkan terlalu mencintai dunia adalah
pangkal segala perbuatan dosa.”
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment